PEMANFAATAN
SISTEM PENGOBATAN TRADISIONAL (BATTRA)
DI
PUSKESMAS
(Studi
Deskriptif Mengenai Intensitas Kunjungan dan Efektifitas Sistem Pengobatan
Tradisional (Battra) di Puskesmas Gundih Surabaya)
Masitah
Effendi
Departemen
Sosiologi, Fisip, Universitas Airlangga
Abstrak
Saat
ini pengobatan tradisional banyak diminati oleh masyarakat. Praktek pengobatan
tradisonal ini sudah banyak disediakan, termasuk di puskesmas, tetapi animo
masyarakat terhadap pengobatan tradisional yang disediakan di puskesmas cukup tinggi.
Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan pemanfaatan sistem
pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat, faktor-faktor yang
melatarbelakangi masyarakat menggunakan pelayanan pengobatan tradisional yang
disediakan oleh puskesmas, efektifitas dari pengobatan tradisional tersebut. Untuk menjawab permasalahan menggunakan teori
Marx Weber, Talcot Parsosn yang didukung pula dengan teori mengenai sosiologi
kesehatan, yaitu Suchman, serta J.Young. Penelitian ini merupakan tipe kuantitatif yang menggunakan metode
penarikan sampel dengan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan di Puskesmas
Gundih, Kota Surabaya dengan
sampel 50 responden. Teknik
pengumpulan data yang digunakan, yaitu Pertama
data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan
kuesioner. Kedua, data sekunder
diperoleh dari sumber kedua atau sumber yang dibutuhkan. Analisis data yang
digunakan, yaitu analisis univariat dan bivariat agar menghasilkan analisis yang
lebih bervariasi. Hasil temuan menunjukkan bahwa pemanfaatan pengobatan tradisional yang
dilakukan masyarakat yaitu untuk berobat, terapi untuk memulihkan kesehatannya.
Faktor yang melatarbelakangi masyarakat menggunakan pelayanan pengobatan
tradisional yang disediakan di puskesmas dikarenakan obatnya
berasal dari herbal dan teknik pengobatannya alami, sehingga efek sampingnya
kecil, biaya pengobatan lebih murah daripada pengobatan modern dan pengobatan
tradisional yang disediakan oleh swasta. Efektifitas dari pengobatan tradisonal
yang dirasakan oleh masyarakat yaitu penenyakit yang di derita sembuh dan cocok
dengan obat yang diberikan oleh pengobatan tradisional yang disediakan oleh
puskesmas.
Kata
Kunci : Masyarakat, Pengobatan Tradisional,Puskesmas, Kesehatan, Pemanfaatan
Layanan Kesehatan, Efektifitas
Abstract
Currently demanded by many
traditional medical community. The practice of traditional medicine is widely
available, including at community health centers, but the lack of traditional
treatment provided at the clinics is high enough. Therefore the research was
carried out to describe the system utilization of traditional medicine
conducted by society, factors which aspects influenced communities using
traditional treatment service provided by clinics, the effectiveness of
traditional medicine. To answer the problems using the theory of Max Weber,
Talcot Parsosn who supported the theory of Sociology of health, namely Suchman
and J.Young. this research is quantitative type of sampling method with purpossive
sampling technique. The study was conducted at the health center Gundih,
Surabaya with sample 50 respondents. Data collection techniques used, the first
primary data obtained through interviews using a structured questionnaire.
Second, secondary data obtained from the second source or sources are needed.
Analysis of the data used, the univariate and bivariate analyzes to produce
more varied. The findings indicate that the use of the traditional treatment is
for medical treatment, therapy to recuperate. Factors behind the use of
traditional medicine services provided in health centers because the medicine
came from herbal and natural treatment techniques, so that side effects are
small, the cost of treatment is cheaper than modern medicine and traditional
medicine provided by the private sector. The effectiveness of traditional
medicine that is perceived by the people suffering the disease recover and match the medicine
given by the traditional treatment provided by the clinic.
Keywords: Community, Traditional Medicine, Health
Center, Health, Health Services Utilization, Effectiveness
Pendahuluan
Saat ini pengobatan tradisional
banyak diminati oleh masyarakat. Pengobatan tradisional yang lebih dikenal
dengan sebutan Battra. Battra merupakan bagian integral dari kebudayaan, karena
konsep mengenai kondisi sakit dan cara pengobatannya itu tidak berdiri sendiri,
tetapi terintegrasi dengan kebudayaan lainnya. Masih digunakannya cara
pengobatan tradisional di kalangan masyarakat pendukungnya disebabkan fungsinya
mampu memenuhi persyaratan yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut World Health Organization
(WHO), negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat
tradisional (herbal) sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima.
Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk
pengobatan primer (WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya peningkatan
penggunaan obat tradisional di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih
panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan
penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu diantaranya kanker, serta
semakin luas akses informasi mengenai obat tradisional di seluruh dunia.
WHO
merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal dalam
pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama
untuk kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Hal ini menunjukan dukungan WHO
untuk “back to nature” yang dalam hal yang lebih menguntungkan. Untuk
meningkatkan keselektifan pengobatan dan mengurangi pengaruh musim dan tempat
asal tanaman terhadap efek, serta lebih memudahkan standarisasi bahan obat maka
zat aktif diekstraksi lalu dimurnikan sampai diperoleh zat murni. Di Indonesia
dari tahun ke tahun terjadi peningkatan produksi obat tradisional.
Badan
kesehatan Dunia PBB ( World Health Organization ) menunjukkan kepedulian
tentang perkembangan dan pengembangan pengobatan tradisional. Bahkan, badan
dunia ini sudah mengeluarkan buku panduan umum penelitian pengobatan
tradisional. Dalam buku panduan ini, dikemukakan metodologi penelitian dan
evaluasi penelitian terhadap jenis pengobatan tradisional. Sementara jenis
pengobatan alternative yang dikembangkan dan dijadikan kajiannya, dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu pengobatan berdasarkan herbal dan terapi yang
berdasarkan prosedur tradisional, yang termasuk
ke dalam pengobatan alternative herbal, yaitu penggunaan bahan asli
tanaman seperti bunga, buah – buahan, akar, atau bagian lain dari tumbuhan yang
digunakan untuk pengobatan. Pengolahan herbal (herbal preparation). Pengolahan tumbuhan dilandaskan pada produk
tumbuhan yang sudah diselesaikan, atau beberapa produk pengolahan tanaman hasil
dari ekstrasi, pelarutan fraksianisasi, purifikasi, konsentrasi atau proses
pengolahan fisikawi. Jenis pengobatan alternative yang kedua adalah terapi.
Terapi yang dilandaskan pada prosedur tradisional adalah terapi – terapi yang
digunakan dengan teknik bervariasi, terutama yang tanpa menggunakan medikasi.
Misalnya akupuntur dan teknik – teknik chiropractic,
osteopathy, manual therapies, qigong, tai ji, yoga, naturopathy, thermal
medicine dan terapi fisik lainnya.
Saat ini istilah pengobatan
tradisional lebih dikenal dengan pengobatan alternative. Hal tersebut dikarenakan
masyarakat menggunakan pengobatan tersebut sebagai pengganti dari system
pengobatan modern. Pengobatan alternative dimaksudkan sebagai bentuk pelayanan
pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam
standar pengobatan kedokteran modern ( pelayanan kedokteran standar ) dan
dipergunakan sebagai alternative atau pelengkap pengobatan kedoktean modern
tersebut ( www.MedikaHolistik.com diunduh pada 24-06-2012 pukul
21.24)
Pelayanan kesehatan yang banyak
diminati masyarakat Indonesia saat ini adalah pengobatan alternative atau
pengobatan tradisional. Pengobatan alternative merupakan pengobatan yang
menggunakan cara alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan
kedokteran dan dipergunakan sebagai alternative atau pelengkap pengobatan
kedokteran tersebut .Data menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan pengobatan
alternative lebih banyak dibandingkan dengan yang datang ke dokter. Di
Australia sebesar 48,5% masyarakatnya menggunakan terapi alternative, di
Perancis sebesar 495 dan Taiwan sebesar 90% pasien mendapat terapi konvensional
yang dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina. Jika ditinjau dari segi
jenis penyakit diketahui bahwa penggunaan terapi alternative pada penyakit
kanker bervariasi antara 9% sampai dengan 45% dan penggunaan terapi alternative
pada pasien penyakit saraf bervariasi antara 9% sampai 56%. Penelitian di Cina
menunjukkan bahwa 64% penderita kanker stadium lanjut menggunakan terapi
alternative(Turana,2009.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20105/5/Chapter%20I.pdf diunduh pada 24-06-2012 pukul
20:43)).
Sistem pelayanan kesehatan
merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dengan adanya
sistem kesehatan ini tujuan pembangunan dapat tercapai efektif, efisien, dan
tepat sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan bergantung pada berbagai
komponen yang ada baik dana, fasilitas penunjang maupun sumber daya manusia
yang ada, dalam hal ini perawat, dokter, radiologi, ahli fisioterapi, ahli
gizi, dan tim kesehatan lain ( Mubarak dan Chayatin, 2009 ). ). Seluruh bidang
pelayanan kesehatan sedang mengalami perubahan dan tidak satupun perubahan yang
berjalan lebih cepat dibandingkan yang terjadi pada bidang perawatan. Perawatan
adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu,
keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan. Pelayanan yang
diberikan adalah upaya mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin
sesuai dengan potensi yang dimiliki
dalam menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan. Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas
UPTD kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembekalan kesehatan di suatu wilayah kerja. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30695/4/Chapter%20II.pdf.Di
unduh ada 24-06-2012 pukul 00:48 ).
Pusat
Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah Organisasi fungsional yang menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan
hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang
dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas
guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah
supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.dapat
dikatakan mereka harus memberikan
pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui
upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM).
Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan.
Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Sesuai dengan kebijakan menteri kesehatan
republik Indonesia program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan
kesehatan yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. (http://kebijakandasarpuskesmas.org di unduh pada 15-04-2012 pukul
20.00) Program Pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas adalah beberapa
upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan Puskesmas dan Dinas
Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan kemampuan
puskesmas. Dalam struktur organisasi puskesmas program pengembangan ini biasa
disebut Program spesifik lokal. Salah satunya adalah Pengobatan Tradisional, adalah program pembinaan terhadap pelayanan
pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan
tradisional. Oleh karena itu yang dimaksud pengobatan tradisional
adalah pengobatan yang dilakukan secara turun temurun, baik yang
menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun keterampilan
(pijat).
Setiap program
yang dilaksanakan di puskesmas di lengkapi dengan pelaksana program yang
terlatih dan sesuai dengan keahlianya, peralatan kesehatan (alat pelayanan dan
bahan habis pakai kesehatan), dilengkapi juga dengan pedoman pelaksanan program
dan sasaran program (populasi sasaran dan target sasaran) termasuk sistem
pencatatan (register pencatatan pelayanan) dan pelaporannya serta standar
operasional prosedur pelayanan kesehatan programnya, dan beberapa
kelengkapan lainnya misalnya kendaran roda dua dan empat. Kelengkapan
program Puskesmas ini selalu mendapatkan pengawasan, evaluasi dan
bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kotanya.
Pada masyarakat yang sudah maju,
ilmu pengetahuan dipelajari melalui jalur pendidikan, baik yang bersifat formal
maupun nonformal. Dalam masyarakat tradisional ilmu pengetahuan lebih banyak
diperoleh dengan cara mewarisinya secara turun-temurun. Dengan demikian sebagai
warga masyarakat yang mengalami proses sosialisasi dan interaksi dalam arena
pergaulan sehari – hari, tentunya lingkungan kehidupan masyarakat terbuka
terdapat kemungkinan untuk tukar – menukar pengetahuan dan pengalaman sebagai
warisan dari generasi pendahuluya.
. Penelitian ini lebih memfokuskan
perhatian pada upaya mendeskripsikan pemanfaatan sistem pengobatan tradisional,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta keefektifan dari sistem pengobatan
tradisional yang disediakan di puskesmas.
Kajian Pustaka
Layanan kesehatan tidak hanya
bertujuan untuk memulihkan kesehatan individu. Lebih jauh dari itu, layanan
kesehatan prima lebih menekankan pada usaha untuk melakukan tindakan layanan
kesehatan yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap perilaku individu,
sehingga perilaku individu tersebut mampu menunjukkan sikap dan budaya hidup
sehat.konsisten dengan tujuan dan manfaat sosiologi dalam analisis kesehatan,
maka salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian para praktisi
keehatan itu adalah bagaimana individu atau masyarakat memanfaatkan layanan
pengobatan atau layanan kesehatan pada umumnya. Dari penelitian sebelumnya
menyatakan bahwa menurut “Departement of Education and Welfare”, USA yang
dikutip oleh Damhar (2002), factor – factor yang mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan kesehatan adalah :
a.
Faktor regional dan residence
b.
Faktor dari system pelayanan yang
bersangkutan
c.
Faktor adanya fasilitas kesehatan yang
lain
d.
Faktor dari konsumen yang menggunakan
pelayanan kesehatan yaitu
faktor
sosio demografi ( meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan ). Faktor
sosiopsikologi (meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan secara
umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan), faktor
ekonomi dan kemudahan menjangkau pelayanan kesehatan.
Teori Suchman menyangkut pola
sosial dari perilaku yang tampak pada cara orang mencari, menemukan, dan
melakukan perawatan medis yang dikutip pada buku Muzaham,1995 : 44-45.
Pendekatan yang digunakan berkisar pada adanya 4 unsur yang merupakan faktor
utama dalam perilaku sakit, yaitu :
1. Perilaku
itu sendiri
2. Sekuensinya
3. Tempat
atau ruang lingkup
4. Variasi
perilaku selama tahap – tahap perawatan medis.
Dalam menentukan reaksi tindakannya
sehubungan dengan gejala penyakit yang dirasakannya, menurut Suchman individu
berproses melalui tahap-tahap berikut ini :
1. Tahap
pengenalan gejala. Tahap asumsi peranan sakit. Tahap kontak dengan pelayanan
kesehatan.
2. Tahap
ketergantungan di sakit.
3. Tahap
penyembuhan atau rehabilitasi. ( Solita,2007:hlm 38)
Dari penjelasan di atas menunjukkan
bahwa kondisi sosial dan ekonomi mempengaruhi orang dalam memanfaatkan layanan
kesehatan. Adanya penjelasan Parsons bahwa penyakit tidak hanya dapat dilihat
sebagai proses pathophysiological akan tetapi juga dapat dilihat sebagai gejala
sosial. Pada saat orang jatuh sakit, menurut Parsons mereka menerims suatu
peranan sosial. Peranan tersebut ditandai oleh 4 harapan peranan (role
expectations), yakni :
1. Bahwa
orang sakit tidak mempunyai “tanggung jawab” terhadap keadaannya
2. Mereka
dibebaskan dari beberapa kewajiban sosialnya
3. Mereka
ingin melepaskan diri dari peran sakit dan ingin segera “sembuh”
4. Mereka
diminta untuk mencari pertolongan dan menuruti nasehat petugas yang berkompeten
dalam soal medis (Waitzkin,dkk,1993: hlm 20).
Dalam hidup bermasyarakat, setiap
individu pasti mengadakan hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut dalam
sosiologi disebut interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan intisari dari
kehidupan sosial. Sebelum kita pelajari lebih jauh mengenai interaksi sosial,
ada suatu hal yang mendasari terjadinya interaksi sosial, yaitu tindakan
sosial. Kita sebagai makhluk hidup senantiasa melakukan tindakan-tindakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku, atau
aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan
tertentu. Mengenai teori perilaku
sosial Max Weber atau sering kita dengar dengan Tindakan sosial, sebelumnya
kita melihat apa yang disebut dengan sosiologi menurut Max Weber. Max Weber
mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu tentang institusi-institusi sosial,
sosiologi Weber adalah ilmu tentang perilaku sosial. Menurutnya terjadi suatu
pergeseran tekanan ke arah keyakinan, motivasi, dan tujuan pada diri anggota
masyarakat, yang semuanya memberi isi dan bentuk kepada kelakuannya. Weber membuat klasifikasi mengenai perilaku sosial atau
tindakan sosial menjadi 4 yaitu :
1.
Tindakan
yang diarahkan secara rasional
(Zweck Rationalitas) yaitu tindakan yang melandaskan diri kepada perimbangan –
pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi lingkungan eksternalnya.
Contohnya individu yang
terkena penyakit melakukan tindakan
dengan cara membawa dirinya ke dokter/pengobatan tradisional untuk mendapatkan penanganan yang cepat
dan tepat. Tindakan yang dilakukannya
sudah dipertimbangkan dengan baik, karena dirinya memiliki tujuan untuk cepat
sembuh dari penyakit.
2.
Tindakan
yang berorientasi kepada nilai
(wert rational) yaitu tindakan yang rasional namun yang menyandarkan
diri kepada suatu nilai-nilai absolute tertentu.
1. Affectual yaitu tindakan yang timbul
karena dorongan atau motivasi yang sifatnya emosional.contohnya orang yang
terkena kanker stadium 4, dia tidak langsung dibawa berobat. Namun, tindakan yang dilakukannya semua itu tak luput dari dukungan – dukungan atau
motivasi yang diperoleh dari orang – orang terdekatnya.
2. Tindakan
tradisional bisa
dikatakan sebagai Tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan
rasional dan berorientasi pada tradisi masa lampau.
(Hotman,1986,200 – 201).
J. Young (1980) membuat model perilaku tentang
“pilihan berobat”, dimana adaptasi lintas budaya yang terdapat dalam model
kepercayaan kesehatan ( health belief
model ) digunakan untuk menjelaskan pengambilan keputusan tentang
pengobatan. Perumusan Young meliputi 4 unsur utama, yakni :
1. “Daya tarik” (gravity),
yaitu tingkat keparahan yang dirasakan oleh kelompok referensi individu (
anggapan bahwa hal itu adasebelum jatuh sakit, yakni kesamaan pendapat dalam
kelompok tentang berat ringannya tingkat keparahan dari berbagai jenis
penyakit).
2. Pengetahuan tentang cara – cara penyembuhan
popular ( home remedy), yang bersumber pada system rujukan awan ( yaitu jika
pengobatan tidak diketahui, atau setelah dicoba ternyata tidak efektif, maka
individu akan beralih pada system rujukan professional)
3. “Kepercayaan” (faith)
atau tingkat kepercayaan terhadap keberhasilan daei berbagai pilihan pengobatan
( terutama dari penyembuhan tradisional)
4. “Kemudahan” (accessibility), meliputi biaya dan
tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan (sama halnya dengan “kendalayang
dirasakan” pada model kepercayaan kesehatan dan “factor kesanggupan”, pada
model Anderson) (Muzaham,Fauzi 2007:75).
Penelitian
yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian yang
bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan
secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti.
Karakteristik tersebut
dapat berupa sifat – sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok
tertentu, bahkan dapat pula untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu
antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. (Ulber
Silalahi,2009:28-29) Pengambilan sampel merupakan elemen yang sangat
penting dalam suatu penelitian karena sampel inilah yang akan mewakili dan
merepresentasikan apa yang akan diteliti, jadi pemilihan sampel haruslah
benar-benar tepat dan sesuai dengan obyek penelitian.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah adalah
purpossive sampling yaitu dengan cara memilih sampel dengan pertimbangan
tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Pemilihan sampel dengan cara ini
digunakan karena sudah mengetahui karakteristik responden yang dibutuhkan untuk
menjelaskan tentang judul yang diteliti. Proses dalam pengambilan sampel ini
adalah, peneliti datang langsung ke tempat penelitian yaitu puskesmas gundih.
Pada saat itu peneliti langsung mewawancarai orang-orang yang cocok sebagai
sumber data. Tentunya responden yang dipilih oleh peneliti yaitu responden yang
menggunakan pelayanan pengobatan tradisional. Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 50 orang, hal ini dikarenakan jumlah pasien yang berkunjung di
puskesmas sebanyak 188 orang.
Kesimpulan
Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan tentang
pemanfaatan pengobatan tradisional (Battra) di puskesmas, yaitu Pertama dari karakteristik demografi dan
sosial ekonomi yaitu pengguna pengobatan ini rata-rata berumur 20-40 tahun.
Responden masih memperdulikan pendidikan, terbukti dengan responden
pendidikannya masuk dalam kategori sedang yaitu tamat SLTP dan tamat SMA.
Rata-rata pendapatan responden masuk dalam ketegori pendapatan rendah yaitu
pendapatan sebesar Rp
150.000,00 – Rp 3.620.000,00. Kedua, pengetahuan responden tentang
pengobatan tradisional yaitu, semua responden mengetahui tentang pengobatan
tradisional, mereka rata-rata mengetahui pengobatan tradisional yaitu dari
saudara dan teman, tetapi ada juga yang mengetahui dari media massa. Responden
juga mengetahui tentang jenis – jenis pengobatan tradisional, paling popular jenis
pengobatan tradisional yang diketahui oleh responden adalah pengobatan
tradisional (akupuntur, pijat, jamu) dan terapi energi, dan pendapat terbanyak
menurut responden tentang pengertian pengobatan tradisional adalah pengobatan
yang obatnya berasal dari tumbuhan, hewan, dan bahan mineral.
Ketiga,
pemanfaatan pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat yaitu
:responden biasanya di pengobatan tradisional yaitu untuk berobat, tak sedikit
juga yang untuk terapi, untuk memulihkan kesehatannya. Jenis pengobatan yang
sering dilakukan oleh masyarakat yaitu herbal teknik pengobatan dengan cara
meminum jamu sesuai dengan jenis penyakit yang di deitanya. Jenis penyakit yang
di periksakan mulai dari jenis penyakit ringan sampai penyakit yang berat, yaitu
jenis penyakitnya flu, rematik, diabetes, kanker, gagal ginjal, down syndrome, gizi buruk, obesitas,
kolesterol, penyempitan syaraf, anyang-anyangan, lambat berbicara, gagal
prostrate, usus mepet, dan tumbuh kembang otak lambat. Selanjutnya pijat,
akupressure dan akupuntur adalah jenis pengobatan yang sering dilakukan oleh
responden untuk menyembuhkan penyakit yang sedang di deritanya.
Keempat,
yaitu faktor-faktor yang melatarbelakangi responden menggunakan pelayanan
pengobatan tradisional yang di sediakan oleh puskesmas, adalah mayoritas
responden memilih menggunakan pengobatan tradisional yang disediakan oleh
puskesmas yaitu mayoritas pendapat responden
dikarenakan pengobatannya menggunakan bahan herbal, sudah percaya karena
pengobatannya sudah dilakukan secara turun temurun, selain itu biaya lebih
murah dari pengobatan tradisional yang lain, ataupun lebih murah dari
pengobatan yang dilakukan di pengobatan umum, puskesmas ataupun rumah sakit
pada umumnya.
Kelima,
yaitu efektifitas dari pengobatan tradisional (Battra) yang dirasakan oleh
responden yaitu : penyakit yang di derita oleh responden sembuh, dan responden
cocok dengan teknik pengobatan yang dilakukan di pengobatan tradsional dan juga
cocok mengkonsumsi obat yang di berikan, misalkan saja cocok dengan jamunya
atau cocok dengan kapsul herbalnya. Keefektifan yang dirasakan responden ini
dibuktikan dengan rata-rata responden menggunakan pengobatan tradisoonal ini
sudah hampir lebih dari satu tahun. Hal ini di akui responden, karena responden
cocok menggunakan pengobatan tradisional, dan juga penyakitnya sembuh dengan
berobat ke pengobatan tradisional yang disediakan oleh puskesmas ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
Buku :
Basrawi,
Muhammad. Teori Sosial Dalam Tingkat
Paradigma. Surabaya.Yayasan Kampusiana.2004
Bungin, M.Burhan. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi,
Ekonomi, dan Kebij Publik Serta Ilmu – ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana
Dyson,
Laurentus. 1998.Pola Tingkah Laku
Masyarakat Dalam Mencari Kesembuhan (Berobat). Surabaya. Lembaga Penelitian
UA.
Masri, Singarimbun.1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : BPEFE UGM.
Muzaham, Fauzi. 1995.Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan.Jakarta : UI-Press.
Notoatmodjo, Soekidjo.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. 2005. Rineka Cipta. Jakarta.
Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar Ke Arah Sejarah Dan Teori Sosiologi. Jakarta: Erlangga
Silalahi,
Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial.
Bandung : PT Refika Aditama.
Solita, Sarwono. Sosiologi
Kesehatan. 1993.UGM Press. Yogyakarta.
Sudarma,
Momon. 2008. Sosiologi Kesehatan.Jakarta
: Salemba Medika.
Sumber
Jurnal :
Salan, Rudi dr.
1983. Perilaku, Perilaku Kesakitan, dan Peranan Sakit (Suatu Introduksi). Pusat
Penelitian Penyakit Tidak Menular. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Kesehatan RI.
Sudarti. 1983.
Aspek sosio budaya yang mempengaruhi pendidikan kesehatan. Dalam majalah
kesehatan no. 104. Hal. 415 dan 12 Jakarta Depkes RI.
Sunanti Z,
Soejoeti. 2005. Konsep Sehat, Sakit, dan Penyakit Dalam Konteks Sosial. Pusat
Penelitian Ekologi Kesehatan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta : Departemen kesehatan RI.
Sumber
Internet :
Skripsi
:
Akbar, Raditya
Kurnia.2011.”Pola Pemanfaatan Pusat
Kebugaran (Fitnes Center) (Studi Deskriptif Perilaku Kesehatan Melalui
Aktivitas Kebugaran(Fitnes) di Kota Surabaya)
Setaya, Hendra
Dwi.2008.”Pola Pemanfaatan layanan
Kesehatan Kampus(Studi Deskriptif Mengenai Pola Pemanfaatan Layanan Kesehatan
Kampus oleh Mahasiswa Di Lingkungan Universitas Airlangga)
Safirin, Janiet
Setela.2010.”Pola Pemanfaatan Jamkesmas
Dikalangan Masyarakat Miskin (Studi Deskriptif Tentang Akses Masyarakat Miskin
Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Kel.Wonokusumo, Kec. Semampir, Surabaa)
Sari, Ratih
Puspita.2012.”Perilaku Kesehatan dan Aksesbilitas
Masyarakat Terhadap Penanganan
Penyakit Tropis Demam Berdarah Dengue (DBD) (Studi Deskriptif Persepsi dan
Tindakan Masyarakat Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan
Simomulyo Baru Kecamatan Sukomanunggal)
Artikel Lainnya: